Alex Korongkeng lahir 28 Juli 1956 bersama kembarannya Jacob Korongkeng .Kedua bersaudara ini berbakat musik ,Mereka berdua mewarisi bakat musik dari sang ayah J.C Korongkeng yang menikah dengan Siti Aisah.Usia 9 tahun baik Alex maupun Jacob telah mampu memainkan berbagai instrumen musik secara otodidak.Ketika berusia 15 tahun Alex dan Jacob telah tergabung dalam grup Jaguar bersama drummer Hendra Lie yang kemudian lebih dikenal sebagai pengusaha dan manajer band rock God Bless.Tahun 1974 kedua bersaudara kembar ini membentuk band baru bernama The Brothers dan mengjukan lamaran untuk menjadi band rekaman pada Nomo Koeswoyo yang saat itu menjabat sebagai A & R di Yukawi Records.Nomo lalu meminta mereka untuk mengubah nama dari The Brothers menjadi Kembar Group.Dengan didukung Achmad (keyboard) dan Wahid (drum) Kembar Group mulai merilis album debut pada label Yukawi. Harmoni vokal Kembar Group mengingatkan orang pada harmoni vokal ala Yon dan Yok saat Koes Bersaudara tengah berkiblat pada The Everly Brothers pada dasawarss 60an .Dengan didukung musik Hengky Firmansyah ,akhirnya Kembar Group mulai ditoleh publik saat menyenandungkan lagu “Anak Muda Zaman Sekarang”.

Paras muka mereka yang ganteng juga merupakan salah satu faktor mencuatnya popularitas Kembar Group saat itu.Ketika merilis album kedua dengan mengandalkan lagu karya Rachmat Kartolo “Pusara Cinta” ,Kembar Group semakin tenar kemana-mana.

Kembar Group kemudian pindah ke label Irama Tara sebelum akhirnya berlabuh juga pada label terbesar Indonesia di era 70an saat itu Remaco.Memasuki era 80an Kembare Group merilis album-albumnya pada label Purnama Record dan Flower Sound dan menghasilkan sederet hits seperti Frustrasi dan Cinta dan Pisang Goreng.

Selain itu Kembar Group pun mulai bersolo karir disamping melakukan rekaman duet.Akex berduet dengan Herlin Widhaswara dan Jacob berduet dengan Joice Erna,bahkan Jacob pernah pula berduet dengan Fariz RM di era 90an.

Alex Korongkeng meninggal dunia kamis 18 Desember 2014 mengikuti almarhum Jacob yang telah mendahului pada 4 Desember 2012.

Kembar Group

Kembar Group

Ingat lagu Bangun Pemuda Pemudi ?.Alfred Simanjuntak (lahir di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 20 September 1920 – meninggal di Tangerang, Banten, 25 Juni 2014 pada umur 93 tahun) adalah pencipta lagu tersebut. Alfred dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu ciptaannya yang berjudul Bangun Pemudi Pemuda. Sejak tahun 1934 hingga aklhir hayatnya  telah menulis puluhan lagu anak-anak, lagu rohani, lagu-lagu paduan suara, serta lagu nasional, dan pernah menjadi konduktur istana atas saran R. Sudjasmin.

Alfred Simanjuntak, atau biasa dipanggil Pak Siman, menguasai banyak bahasa selain bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ia juga bisa memahami bahasa Jepang Alfred Simanjuntak merupakan putera dari pasangan Lamsana Simanjuntak dan Kornelia Silitonga, anak sulung dari delapan bersaudara .Pada tahun 1928, Alfred bersekolah di Holland Indische school, Narumonda, Porsea, Toba Samosir, dan lulus pada tahun 1935. Ia memperoleh pelajaran menyanyi di sekolah ini serta kerap tampil bernyanyi di acara Natal sekolah. Selanjutnya ia merantau ke Solo, Jawa Tengah, dan selama enam tahun bersekolah di Hollands Inlandsche Kweek School (semacam sekolah guru), Surakarta, hingga tahun 1941. Selama itu, kemampuan bermusiknya berkembang dan ia bisa memainkan organ, piano, biola, dan gitar. Di sekolah tersebut, Alfred bertemu dengan Cornelis Simanjuntak (pencipta lagu Pada Pahlawan).Setelah lulus dari HIKS, Alfred mengajar di Shakelschool (Sekolah Rakyat) di Kutoarjo, Madiun, dan Semarang. Di Semarang, tahun 1943, ia diterima sebagai guru menyanyi Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang didirikan oleh sejumlah tokoh nasionalis seperti Bahder Djohan dan Wongsonegoro. Di sana pula ia berteman dengan Liberty Manik yang tinggal satu kontrakan dengannya, dan ikut menyaksikan proses penciptaan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.Pada tahun 1950, Alfred melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Setelah lulus, ia melanjutkan belajar bahasa Belanda pada tahun 1954 di tiga kampus secara bersamaan, yaitu Rijksuniversiteit Utrecht; Leidse Universiteit, Leiden; Stedelijke Universiteit, Amsterdam, Belanda.
Alfred Simanjutak menciptakan lebih dari 42 lagu perjuangan dan rohani. Ia berteman dengan Liberty Manik dan Cornelis Simanjuntak, sehingga ciri khas lagu yang mereka ciptakan sama. Seringkali lagu-lagu yang ia ciptakan dikira oleh masyarakat sebagai karya dari Cornelis Simanjuntak, tetapi Alfred sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun, saat lagu selamatkan Terumbu Karang juga dikira merupakan karya dari Cornel, Alfred terkejut karena rekannya tersebut telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.Alfred meninggal dunia pada 25 Juni 2014 pukul 06.00 pagi di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang pada usia 93 setelah lama menderita radang paru-paru dan pneumonia. Ia dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang

Komposer Alfred Simandjuntak (Foto lampung Post)

Komposer Alfred Simandjuntak (Foto lampung Post)

Nama  Lengkap                : Rudi Moerdiono Gagola

Nama Populer                  : Rudi Gagola

Tempat/Tanggal Lahir     : Surabaya, 30 November 1953

Meninggal Dunia             : Jakarta, 7 Oktober 2014

Rudi Gagola adalah pemusik komplit.Mampu bermain drum,gitar,bass,piano.Juga menulis lagu beserta lirik yang memikat serta mengarransemen musik.Musik yang dimainkan adik Donny Fattah ini lebar mulai dari pop,rock,soul,funk,jazz hingga country sekalipun.

Rudi Gagola (Foto Dokumentasi Denny Sakrie)

Rudi Gagola (Foto Dokumentasi Denny Sakrie)

Saat masih belia bersama Donny Fattah Gagola,Rudi membentuk band dengan nama Iyamba.Di band keluarga ini Rudi bermain drum.Memasuki era 70an Rudi bergabung sebagai bassist The Steel,band berbasis horn section dibawah naungan Krakatau Steel.Paruh era 70an Rudi Gagola bergabung bersama Fadil Usman ,Farid Hardja,Tommy dan Harry Anggoman dalam Brotherhood.Tahun 1976 hingga 1981 Rudi bersama sang kakak Donny Gagola membentuk proyek musik D& R yang sempat merilis 3 album.Lalu di tahun 1977 hingga 1978 Rudi memperkuat Bani Adam dalam studio rekaman.Akhir tahun 1979 Rudi bersama Gideon Lj Tengker,Dodo Zakaria,Dani Mamesah dan Ricky Basuki membentuk band dengan basis horn section Drakhma dan menghasilkan 3 album.Dari tahun 1978 hingga 1985,Rudi bekerja sebagai music supervisor di Jackson Record & Tapes dan sempat mengiringi penyanyi2 yang dikontrak Jackson Record seperti Iis Soegianto,Priyo Sigit hingga Farid Hardja.Tahun 1981 saat Donny ke AS,Rudi menggantikan posisinya sebagai basis dalam formasi God Bless.(Foto dokumentasi Denny Sakrie).

Nama Lengkap               : Chairoel Daud

Nama Populer                : Chairoel D’Lloyd

Tempat Tanggal Lahir    : Tembilahan 3 Maret 1949

Meninggal Dunia            : Jakarta 30 September 2014

Chairoel Daud memulai karir musik di akhir tahun 60an.Di awal 70an  Chairoel yang terampil bermain drum bergabung  dengan band D’Lloyd yang merupakan band dibawah asuhan perusahaan maskapai laut Djakarta Lloyd.D’Lloyd yang dimotori gitaris dan komposer Bartje Van Houten ini lalu mulai merilis debut album rekamannya di Remaco pada tahun 1972 dengan hits Titik Noda.

Selain bermain drum Chairoel pun mulai menulis lagu untuk D’Lloyd.

D'Lloyd band pop di era 70an.Almarhum Chairoel Daud berdiri paling depan

D’Lloyd band pop di era 70an.Almarhum Chairoel Daud berdiri paling depan

Di era 80an Chairoel mulai mengembangkan karir sebagai komposer dan juga penata musik terutama untuk musik dangdut.Bersama Orkes Tra La La yang dibentuknya, Chairoel mengiringi sederet penyanyi dangdut termasuk yang bukan dangdut tapi mencoba menyanyikan musik dangdut. mulai dari Ida Royani hingga Berlian Hutauruk.

Chairoel Daud meninggal dunia akibat mengidap stroke di tenggorokan.

Nama Lengkap     : Iwan Sutri Tjondro Abdul Madjid

Nama Populer      : Iwan Madjid

Tanggal Lahir       : 27 Maret 1957

Meninggal             : 17 Juli 2014

 

Tak banyak yang mengenal namanya. Namun, lelaki kelahiran 27 Maret 1957 ini dinilai memberi kontribusi dalam konstelasi musik di Indonesia. Iwan Madjid, selama 4 tahun mengenyam pendidikan di Institut Kesenian Jakarta antara tahun 1977-1981 dengan mengambil mata kuliah Seni Vokal sebagai majoring-nya dan piano serta flute sebagai minoring-nya. Iwan Madjid yang mengagumi vokalis, Jon Anderson, dari grup Yes ini adalah penggemar musik klasik dan rock. Untuk musik klasik ia banyak meresapi karya-karya monumental dari Johann Sebastian Bach, Debussy hingga Wolfgang Amadeus Mozart. Sedang untuk musik rock, telinga Iwan selalu menyimak repertoar rock progresif milik Yes, Genesis, Emerson Lake & Palmer, Gentle Giant, maupun Refugee.

iwan-madjid
Musik-musik yang didengarnya itulah yang kemudian diserap dalam proses kreativitasnya dalam bermusik. Bersama dengan rekan-rekan sealmamater di Institut Kesenian Jakarta, Iwan Madjid lalu berinisiatif membentuk kelompok bernama Abbhama. Musik yang dipilih pun tak jauh dari repertoar musik rock progresif yang mereka gemari.
Abbhama yang terbentuk pada akhir tahun 1977 dengan formasi Iwan Madjid (vokal, piano, flute), Darwin B Rachman (bass, keyboard), Robin Simangunsong (drum), Hendro (oboe), Dharma (flute), Oni (keyboard), dan Cok B (gitar). Mereka bertujuh merekam 10 komposisi yang ditulis Iwan Madjid, Darwin B Rachman, Cok B, dan Dharma, serta Tubagus Benny, pada beberapa lirik lagu dalam album bertajuk Alam Raya (Tala & Co, 1978).

Sayangnya, Abbhama hanya sempat merilis satu album saja. Tetapi, Iwan Madjid yang saat itu juga mulai menggarap pembuatan jingle iklan dan music score, bersama Darwin B Rachman masih terobsesi untuk membentuk sebuah kelompok musik yang solid dan permanen.
Niat mereka baru terwujud pada tahun 1983 setelah bersua dengan multi-instrumentali s, Fariz RM. Iwan menganggap Fariz adalah sosok yang tepat untuk mengakomodasikan warna musik mereka. ”Kami satu selera dalam bermusik” ujar Iwan Madjid suatu ketika. Tak lama berselang, mereka bertiga Iwan (vocal, piano, keyboard), Darwin (bas), dan Fariz (drum) mendeklarasikan terbentuk Wow yang merilis album bertajuk Produk Hijau. Popularitas Fariz RM rasanya banyak pula membantu. Terutama ketika Wow harus berhadapan dengan khalayak. Wow tetap menghadirkan nuansa rock progresif lewat lagu-lagu seperti Pekik Merdeka, Armageddon hingga Purie Dhewayani.
Setelah debut album dirilis, Fariz RM mengundurkan diri dari formasi Wow. Ada yang menyebutkan, Fariz mundur, karena terbebani dengan banyak band yang didukungnya. Saat itu, selain bergabung dengan Wow, Fariz juga aktif di kelompok Symphony hingga Jakarta Rhythm Section, serta beberapa proyek album solonya.

Iwan Madjid lalu merekrut Musya Joenoes, pemusik alumnus Trisakti yang terampil bermain gitar dan keyboard, serta Ical Indra, drummer yang memiliki bakat luar biasa. Formasi ini lalu merilis album Produk Jingga dengan sederet lagu seperti ‘Cinta Tiga’, ‘Puber’ maupun ‘Resah’. Iwan Madjid tetap konsisten dengan warna musiknya. Tapi, tak sedikit yang menilai album ini terasa lebih berat dibanding album Wow sebelumnya.
Di tahun 1988, Iwan Madjid menggarap album solo bertajuk Pesta Reuni yang didukung Fariz RM (drum, keyboard), Uce Haryono (drum), Darwin B Rachman (bass, keyboard), dan Eet Syahrani (gitar). Lirik-lirik lagu di album ini terasa ringan. Cenderung ngepop. Iwan Madjid malah menyanyikan kembali lagu Asmara, yang pernah dibawakan pada album Abbhama.
Ketika menggarap album solo, Iwan Madjid ini, Fariz RM, ternyata tertarik untuk bergabung lagi bersama Wow yang ditandai dengan merilis album Rasio dan Misteri. Salah satu lagu di album ini yakni ‘Lapangan Merah’ sempat menjadi hit di radio-radio Jakarta, seperti di Prambors Rasisonia. Saat itu, Wow diberi kepercayaan untuk menggarap soundtrack film remaja Lupus IV yang dibintangi Ryan Hidayat.
Sejak merilis album soundtrack Lupus IV, Wow kembali vakuum panjang. Namun, Iwan Madjid telah siap dengan sebuah band baru dengan nama Cynomadeus yang terdiri dari Iwan Madjid (keyboard), Todung Panjaitan (bas), Eet Syahrani (gitar), Fajar Satriatama (drum), dan Arry Safriadi (vokal). Kelompok yang juga berkonsep menautkan elemen musik klasik dan rock ini pun usianya tak panjang. Cynomadeus hanya merilis sebuah album saja. Fajar dan Eet lalu membentuk grup bernuansa metal bernama E dan E. Iwan Madjid masih terus berkutat di dunia musik, antara lain mendukung proyek solo mantan vokalis Cynomadeus, Ary Safriadi bertajuk Mercurius (1992).

Tetapi, setelah itu secara perlahan sosok Iwan Madjid mulai tak terdengar. Kabarnya, ia jatuh ke pelukan narkoba yang sempat membawanya ke balik jeruji penjara pada tahun 2000. Kini Iwan Madjid telah menghirup alam kebebasan. Namun, dunia musik tak pernah dijamahnya lagi.

DISKOGRAFI

Album Group

Bersama Abbhama

1. Alam Raya – Abbhama (Tala & Co 1978)

Bersama Wow

1.Produk Hijau – Wow (Venus/Musica 1983)
2.Produk Jingga – Wow (RCA 1985)
3.Rasio dan Misteri – Wow (Blackboard 1990)
4.Lupus IV – Wow (Musica Studio 1991)

Bersama Jakarta Rhythm Section

1.Pesona Rindu – Jakarta Rhtyhm Section (Pratama Record 1983)
Bersama Cynomadeus
1.Cynomadeus – Cynomadeus (Arci 1990)

Album Solo

1.Musik Pengantar Belajar – Iwan Madjid (Akurama Record 1986)
1.Pesta Reuni – Iwan Madjid (Music Box/Q Project 1988)

Bintang Tamu

1.Suara Persaudaraan – Suara Persaudaraan (Aquarius 1986)
2.Mercurius – Ary Aliance Project (Logiss Record 1992)

FILMOGRAFI

1.Lupus IV (PT Andalas Kencana Film,1990) Music Score
2.Olga dan Sepatu Roda (PT Andalas Kencana Film 1991) Music Score

(Denny Sakrie)

Trumpetis Karim Tess hari minggu 13 Juli 2014 telah berpulang untuk selamanya .Karim Tess  berasal dari keluarga pemusik,beberapa saudara kandungnya juga ikut terlibat sebagai pemusik mulai dari Tetty Tess hingga Arie Tess. Karakter permainan Karim Tess memang mencuat,terutama saat almarhum diajak bergabung dalam band instansi bernama The Tankers. Band yang kerap tampil sebagai band pengiring dalam berbagai acara hiburan musik di TVRI ini pada akhirnya memilih sosok Karim Tess sebagai leader of the band disamping tetap meniup trumpet.

kt

The Tankers yang juga didukung sederet pemusik mumpuni seperti Aldin dan Willy Sumantri ini akhirnya tampil sebagai band papan atas di Jakarta, bahkan di tahun 1973 The Tankers sempat sepanggung dengan band rock God Bless dalam sebuah pertunjukan di Istora Senayan Jakarta.

Di era 70an Karim Tess juga ikut mendukung berbagai kelompok jazz antara lain ikut mendukung Jack Lesmana Combo,Bubi Chen serta Didi Tjia.

Pada tahun 1978,Karim Tess bergabung dengan Ireng Maulana All Stars yang tampil dalam beberapa rekaman jazz maupun penampilan-penampilan di atas panggung maupun TVRI.Formasi Ireng Maulana All Stars saat itu adalah Ireng Maulana (gitar,banjo),Benny Mustafa van diest (drums),Benny Likumahuwa (trombone,saxophone,flute),Maryono (saxophone),Hendra Widjaja (piano) serta Ronni Isani (bass)

 

Nama asli            : Muslim

Nama Populer   : Mus Mualim

Tanggal Lahir    : Bandung 12 Februari 1935

Meninggal           : Jakarta 1 Januari 1991

 

Mus  Mualim saat masih berusia belia pernah menjadi guru mengaji di kampungnya, Cirebon. Ayah Mus Mualim  adalah pedagang barang bekas.

Lelaki yang memiliki bakat musik ini dilahirkan dengan nama Muslim di Bandung 12 Februari 1935.

Suatu ketika  Mus Mualim  menemukan sebuah gitar tua di atas tumpukan barang bekas dagangan ayahnya. Berbekal Dengan gitar usang  itulah Mus Mualm a mulai mempelajari musik dengan tekun. Setelah pandai memetik gitar, kemudian ia beralih belajar bermain bass dan bergabung dengan sebuah grup orkes keroncong yang sering tampil di RRI Cirebon. Mus juga  sempat belajar piano secara gratis dengan seorang guru berkebangsaan Belanda, Namun tidakk berlangsung lama karena saat itu Mus Mualim tidak memiliki piano dan sang guru keburu balik ke negaranya.

Menjelang penyelenggaraan kompetisi  Bintang Radio di Cirebon, pemain piano yang bertugas mengiring lomba tersebut menghilang dan pimpinan orkes langsung memilih Mus Mualim  sebagai pemain piano pengganti. Setelah dilatih secara spartan selama dua bulan, akhirnya Mus Mualim tampil juga sebagai pianis. Sejak saat itu memperdalam ketrampilannya memainkan piano.Sejak itu pula  khalayak mulai mengenalnya sebagai seorang pianis.

Pada awal tahun 1950-an, Mus Mualim  pindah ke Jakarta atas ajakan gitaris  Sadikin Zuchra  . Mendengar berita bahwa  pianis jazz bernama Nick Mamahit akan tampil di sebuah konser yang diselenggarakan di RRI Jakarta, dengan semangat yang melup-luap Mus Mualim datang ke tempat pertunjukkan tersebut dengan tujuan  agar dapat melihat langsung  gerakan jari  jemari “jagoan” gaya progresif lulusan sekolah musik Belanda itu.

Mus Mualim yang mengidolakan pianis jazz  Duke Ellington ini kemudian mulai tekun  memperdalam jazz sejak tahun 1961 dan mulai tampil sebagai aranger Orkes Simfoni Radio Jakarta. Bersama Bubi Chen, ia membuat rekaman jazz, dan bersama Benny Mustapha membentuk band populer dengan nama Mus Mustapha, sempat juga membuat album rekaman mengiringi Sitompul Bersaudara dibawah label Irama milik komodor Soejoso Karsono atau dikenal dengan panggilan Mas Jos.

Memasuki dasawarsa 60an, Mus Mualim mulai berkubang dalam industri rekaman musik . Bermula  sebagai musical supervisor Studio Piringan Hitam Irama pada tahun 1963 dan menjadi music director sederet rekaman musik populer yang dirilis label Irama.

Mus Mualim juga pernah menyelenggarakan acara-acara jazz beberapa kali di ITB pada tahun yang sama. Berturut-turut membuat piringan hitam sendiri, serta menghasilkan banyak album rekaman dalam kurun waktu 1962-1969.

Pada tahun 1965, membentuk Badan Kerjasama Artis dengan Kostrad bernama BKS-Kostrad dan ia memangku jabatan Wakil Ketua.

Pada masa Orde Lama, musik jazz menjadi salah satu kesenian yang dibantai oleh PKI/Lekra. Namun Mus Mualim malah tak gentar  membuat konser jazz pertama pada tahun 1965, di kampus Universitas Indonesia.

Dalam Expo 1970 di Osaka, Jepang, Mus dipercaya memimpin grup Indonesia Enam yang terdiri dari Maryono (saksofon), Sadikin Zuchra (gitar), George “Tjok”  Sinsoe (bass), Benny Mustapha (drum), Munir Mus, Idris Sardi (biola), dan Mus Mualim sendiri sebagai pianis sekaligus sebagai penata musik.Penampilan Indonesia Enam mencuri perhatian penonton terutama saat membawakan lagu Bajing Luncat dalam ramuan jazz yang memikat.

Mus Mualim dan Tiga Dara Sitompul

Mus Mualim dan Tiga Dara Sitompul

Ketika TVRI baru lahir, di sekitar tahun 1962, Mus Mualim  memegang jabatan sebagai koordinator artis musik. Juga bertugas menyiapkan aransemen musik bagi musisi yang akan tampil.

Bersama Jack Lesmana, Mus  Mualim menggelar acara yang diberi judul Pojok Jazz. Selain memainkan musik jazz, ia pernah menjadi sutradara film Bawang Putih serta membuat music score beberapa film nasional seperti  Pelabuhan, The Big Village, Hidup, Bintang Kecil (1963), Di Balik Cahaya Gemerlapan, Minah Gadis Dusun, Menyusuri Jejak Berdarah (1965), Cinta dan Air Mata (1970), Ambisi (1973), Inem Pelayan Seksi (1976) dan masih banyak lagi lainnya.

Mus Mualim tak hanya berkutat dengan musik pop dan jazz, tapi juga sempat melampiaskan obsesinya manggung bersama kelompok musik rock asal Pegangsaan Menteng Gipsy di Taman Ismail Marzuki pada tahun 1971.Kolaborasi itu mendapat pujian terutama saat Mus Mualim dan Gipsy membawkan lagu tradisonal “Es Lilin”.

Di paruh era 70an,Mus Mualim bersama sang isteri Titiek Puspa menggarap operette Lebaran di TVRI.

 

ChrisPertamakali mengenal nama Chris Manusama saat menyimak album Dasa Tembang Tercantik Lomba Cipta Lagu  Remaja Prambors yang ke 2 tahun 1978 lewat lagu karyanya bertajuk “Kidung” yang masuk 10 Besar.Lagu “Kidung” yang bernuansa folk akustik itu dinyanyikan oleh Bram Manusama,Dianne Carruthers dan Chris Manusama sendiri.Di luar dugaan,ternyata lagu Kidung mendapat respon bagus dari penikmat musik.Lagu bertema humanis religius ini saat itu hampir tiap hari mengudara di Radio Prambors Rasisonia yang bermarkas di seputaran Menteng Jakarta. Saat itu lagu Kidung akhirnya terpilih sebagai Tembang Tersayang karena banyak disukai pendengar radio.Liriknya memang menyentuh :

Tak selamanya mendung itu kelabu.

Nyatanya hari ini kulihat begitu ceria
Hutan dan rimba turut bernyanyi pula.

Membuat hari ini berseri

Dunia penuh damai.

 

Di tahun 1979 lagu karya Chris Manusama masuk lagi dalam dereta Dasa Tembang Tercantik Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors yang ke tiga tahun 1979 berjudul Kehidupan.

Di tahun 1979,untuk pertamakali saya menyaksikan penampilan Chris Manusama di atas panggung.Saat itu, saya masih bermukim di Makassar.Chris Manusama tampil bersama Warung Kopi Prambors di Gedung Olahraga Mattoanging Ujung Pandang antara lain menyanyikan lagu Kidung yang tengah booming serta lagu “I Only Want To Say (Getshemane)” dari album opera rock Jesus Christ Superstars.Lagu yang dinyanyikan Ian Gillan vokalis Deep Purple terasa memiliki jiwa saat dinyanyikan Chris Manusama hanya diiringi petikan gitar elektrik  yang dimainkannya sendiri.Saya terperangah.Chris Manusama memang memiliki jiwa rock.Tapi dia mampu menulis lagu yang teduh seperti Kidung.

Dua tahun berselang, Chris Manusama datang lagi ke Makassar melakukan konser bersama beberapa pemusik lainnya.Saat itu saya berkesempatan mewawancarai Chris Manusama yang saat itu nginap di sebuah hotel yang terletak di jalan Gunung Bulukunyi Makassar.Chris Manusama banyak bertutur tentang ikhwal dirinya termasuk keterlibatannya dalam beberapa kelompok musik rock baik di Bandung maupun Jakarta.

Di tahun 1974-1975 Chris Manusama tergabung dalam kelompok trio yang dibentuk Deddy Stanzah (vokal,bassist) serta drummer Yaya Moektio.Menurut Chris saat itu Tripod membawakan lagu Queen “March of The Black Queen”. Di lain waktu Chris Manusama yang handal bermain gitar diajak oleh almarhum Micky Michael Merkelbach bergabung dalam band Alcatraz.Usia band ini memang tak lama.

Di tahun 1976 Chris Manusama ikut bergabung dengan band rock Hookerman.Musik yang digeluti Chris Manusama memang menjuntai dari satu grup rock ke grup rock lainnya.

Chris Manuel Manusama yang dilahirkan 25 Desember 1952 di Subang Jawa Barat.Mengikuti tugas sang ayah yang anggota kesatuan militer,membuat Chris sempat pula tinggal di Ambon,Maluku.Di saat berusia 9 tahun,Chris telah kehilangan sang ayah Jan Manusama yang meninggal dalam keadaan mengapung di Sungai Halmahera dalam Perang Permesta. 8 tahun berselang Chris Manusama kehilangan sang ibu Yohanna Manusama yang meninggal dunia di Bandung .

Setelah mendukung Suara Persaudaraan di tahun 1985, Chris Manusama mulai mengarahkan kegiatannya di sekitar gereja.Chris mulai menulis lagu-lagu bertema religius antara lain “Kasih” yang dinyanyikan duo kakak beradik Lydia dan Imaniar di paruh era 80an.Di tahun 1985 Chris mulai membina rumah tangga dengan menikahi Yoty Henny Rumahlewang.

 

Kini ayah dari dua putra ini dikenal sebagai pendeta GBI (Gereja Bethel Indonesia Rock Church di Ambon.Kegiatan kerohaniaan Chris Manusama terbilang padat, antara lain mondar mandir antara Ambon,Jakarta dan Belanda.

Walaupun demikian saya masih sering berkomunikasi dengan Chris Manusama melalui Blackberry atau sesekali ketemu Chris secara tak disengaja di sebuah mall di kawasan Senayan Jakarta. Chris Manusama tetap sosok yang murah hati dan penuh senyum.Rambutnya telah memutih tanpa selembar pun yang berwarna hitam.Di tahun 2006 saat Chris Manusama berada di Jakarta pernah saya ajak siaran di FeMale Radio, sayangnya waktu Chris Manusama di Jakarta sangat pendek karena dia harus terbang ke Belanda.Akhirnya siaran bareng Chris terpaksa dibatalkan.

 

 

 

Nama Lengkap      : Idris Sardi

Tanggal Lahir        : 7 Juni 1938

Meninggal Dunia  : 28 April 2014

 

Dijuluki si biola maut dan menghasilkan banyak karya dalam dunia rekaman hingga penata musik untuk film-film layar lebar Indonesia.Idris Sardi tak pelak lagi seorang maestro musik Indonesia yang mampu memainkan genre musik apa saja di sepanjang karir musiknya.

idris-sardi-2

Ketika masih berusia  enam tahun, Idris telah mulai menggesek  biola . lalu saat berusia  sepuluh tahun Idria sudah mendapat sambutan hangat pada pemunculannya yang pertama di Yogyakarta tahun 1949. Boleh dikataks sardi n sebagai anak ajaib untuk biola di Indonesia, karena di usia muda sekali sudah lincah bermain biola.

Tahun 1952 Sekolah Musik Indonesia (SMIND) dibuka, dengan persyaratan menerima lulusan SMP atau yang sederajat. Pada tahun 1952, Idris Sardi baru berusia 14 tahun, sehingga ia belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa ia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut. Bersama temannya yang juga pemain biola, Suyono (almarhum) namun bukan anak ajaib, yang lebih tua 2 tahun merupakan dua orang siswa SMIND yang berbakat sekali.

Pada orkes slswa SMIND pimpinan Nicolai Varvolomejeff, tahun 1952 Indris yang masih memakai celana pendek dalam seharian duduk sebagai concert master pada usia 14 tahun, duduk bersanding dengan Suyono. Rata-rata siswa SMIND berusia di atas 16 tahun.

Guru biola Idris waktu di Yogyakarta (1952-1954) adalah George Setet, sedangkan pada waktu di Jakarta (setelah 1954) adalah Henri Tordasi. Kedua guru orang Hongaria ini telah mendidik banyak pemain biola di Indonesia (orang Hongaria adalah pemain biola unggul).

Nama Lengkap    : Sudarwati Puspo

Nama Populer     : Titiek Puspa

Tanggal Lahir       : 1 November 1937

Titiek Puspa

Titiek Puspa

 

Rekaman piringan hitam Titiek Puspa yang nama aslinya Sudarwati Puspo dirilis oleh Gembira Record antara lain berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan duet bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton, bersama iringan musik Orkes Empat Sekawan pimpinan Sariman. Di paruh era 1960an , Titiek Puspa sempat menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Djakarta (OSD) . Saat itu Titiek Puspa banyak mendapat bimbingan dari Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) dan Zainal Ardi (suami pertamanya yang bekerja di Radio Republik Indonesia Jakarta). Sebagai penyanyi yang mulai menanjak popularitasnya, Titiek belum menciptakan banyak lagu dalam albumnya, lagu-lagunya banyak diciptakan misalnya oleh Iskandar, Mus Mualim, ada juga Wedasmara. Barulah pada album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya semuanya adalah ciptaannya sendiri dan menjadi populer saat itu, selain itu juga album Doa Ibu berisi 12 lagu, 11 lagu adalah ciptaannya dengan 1 lagu ciptaan Mus Mualim. Dari album Si Hitam, lagu yang semakin memopulerkan namanya adalah Si Hitam, Tinggalkan, Aku dan Asmara. Bisa juga dikatakan bahwa bersama album Si Hitam, album Doa Ibu adalah album yang legendaris karena berisi lagu-lagu Minah Gadis Dusun, Pantang Mundur, .Di paruh era 70an lagu-lagu karya Titiek Puspa nyaris dibawakan oleh sebagian besar penyanyi dan kelompok musik papan atas diantaranya Bimbo,Eddy Silitonga,The Rollies,Aria Junior,Grace Simon,Marini,Dewi Puspa dan banyak lagi.Namanya masih diperhitungkan sebagai hits maker di era 80an terutama lewat lagu Apanya Dong yang dipopulerkan Euis Darliah